MAMUJU, Mandarpos.com – Keberadaan bendungan dan irigasi yang ada di Desa Campaloga Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju, menuai sorotan masyarakat petani. Proyek strategis pemerintah pusat itu, keberadaannya diketahui sejak tahun 2008 dan disebut menjadi proyek abadi karena tiap tahun dilakukan penganggaran, namun hingga saat ini ( 2021 ), infrastruktur tersebut hanya sebagai pajangan belaka.
Sejumlah bangunan irigasi yang melintang di sisi persawahan petani, terlihat kering dan dipenuhi rumput bahkan kondisi bagian irigasi sudah mulai retak dan runtuh. Di irigasi itu, hanya bisa terlihat adanya genangan air hujan.
Dikabarkan proyek abadi bendungan irigasi yang dikerja sejak tahun 2008, sudah menelan anggaran triliunan rupiah namun tidak memberikan dampak positif ke masyarakat petani.
Ketua KTNA Kecamatan Tommo Bahrum mengatakan, keberadaan proyek bendungan Tommo yang tidak memberikan manfaat ke petani sangat dirugikan petani yang ada di Kecamatan Tommo dan sekitarnya. Kata dia, entah berapa dana yang sudah digelontorkan dari pusat untuk pembangunan infrastruktur ini. Bahrun mengaku, dalam jangka lima tahun kedepan bendungan dan irigasi tidak berfungsi, petani akan mengalihfungsikan areal persawahannya ke tanaman kelapa sawit.
“Jangka lima tahun kedepan kalau bendungan ini tidak difungsikan juga, petani akan mengalihfungsikan lahan mereka ke tanaman kelapa sawit karena lebih menjanjikan, walaupun petani sudah ada tanda tangan diatas materai terkait tidak dibolehkan di alih fungsikan lahan ke pertanaman kelapa sawit.” ungkapnya
Bahrun menceritakan persawahan Tommo, dulu sebelum ada pembangunan bendungan dan Irigasi. Diketahui areal persawahan di Kecamatan Tommo yang masih mengandalkan tadah hujan, petani Tommo, pernah jadi lumbung padi bahkan dalam satu hektar sawah bisa menghasilkan 7 ton hasil panen. Berbeda saat ini, sekarang petani hanya bisa dapatkan hasil panen satu ton itu pun kalau sampai.
“ Petani Tommo itu pernah dapat sampai 7 ton sebelum ada bendungan irigasi. Petani menyangka setelah adanya pembangunan bendungan irigasi, petani akan surplus beras. Namun kenyataannya berbanding terbalik. Dan betapa ruginya bendungan dan irigasi yang tiap tahun dianggarkan pemerintah tapi tidak juga dirasakan manfaatnya oleh petani, “ kesalnya.
Senada dengan Ridwan Kepala Desa Campaloga. Ridwan mengatakan, bahwa proyek pembangunan infrastruktur bendungan dan irigasi yang ada di Desa Campaloga, yang menelan anggaran triliunan, menjadi pertanyaan bagi aparat desa. Dia menyebutkan, proyek ini adalah proyek abadi bagi pemangku kepentingan karena tiap tahun dianggarkan pembangunannya. Jika proyek ini lagi mau di kerja, kontraktor hanya mengirimkan surat pemberitahuan ke Pemdes Campaloga.
“Pembangunan saluran irigasi persawahan ini, hanya dijadikan proyek abadi karena tiap tahun di anggarkan. Dan di saat ada kontraktor masuk kerja, kami cuman di kirimkan surat pemberitahuan saja, di saat ada masalah baru mau ke kantor desa. “ keluhnya.
Ridwan berharap ada aparat hukum yang bisa memeriksa proyek ini dan bisa turun langsung ke lapangan melihat kondisi bendungan Campaloga. Kata dia, jangan hanya anggaran proyek desa dibidik, tetapi anggaran triliunan rupiah diabaikan.
“ Kami sangat menyayangkan dengan adanya bangunan tersebut yang belum difungsikan. Seandainya dana Dana Desa seperti ini, mungkin kami sudah di kejar – kejar APH yang nilainya cuman ratusan juta di banding proyek irigasi yang miliaran, bahkan mungkin sudah mencapai triliunan.” pungkas Ridwan.