
Mamuju, MandarPos.com — Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sulawesi Barat (Sulbar) Hj. Djamila SH., MH, Membuka Kegiatan Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) viralkan perdamaian untuk mencegah terorisme dan radikalisme Kegiatan ini dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Melibatkan Masyarakat Dalam Pencegahan Terorisme Melalui (FKPT) Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Sulawesi Barat. dilaksanakan di Hotel Berkah Mamuju, Jl Soekarno Hatta No.1, Mamuju 91512.

Dihadiri Kepala badan Nasional penanggulangan terorisme, Sub Koordinator pemulihan korban aksi terorisme yang diwakili oleh direktur pencegahan, Kapolda Sulbar, Danrem 142 Taroada tarogau, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar, Kepala Kesbangpol, Forum Koordinasi pencegahan Terorisme, Kabid Perempuan dan Anak SKPT Provinsi Sulbar, Pengurus Organisasi Perempuan serta beberapa lembaga lainnya.

Dalam Sambutannya Kadis P3AP2KB Djamila, menyampaikan Diketahui di dalam forum komunikasi penanggulangan terorisme ini ada satu bidang perempuan dan anak.
“Issue terorisme dan radikalisme bukan hal yang baru, tetapi menjadi menarik kemudian karena issue ini masuk kedalam perempuan. Saat ini makin menjadi sorotan manakala beberapa aksi terorisme melibatkan perempuan”. Seperti beberapa contoh kasus Bom bunuh diri yang dilakukan oleh perempuan yang ada di Makassar.
Persoalan terorisme yang Kita hadapi ini adalah menjadi persoalan nasional bahkan internasional.
Banyak persoalan-persoalan yang bukan hanya terorisme yang dialami oleh perempuan tetapi termasuk Juga kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Persoalan terorisme dan radikalisme, perempuan juga punya potensi untuk melakukan hal itu, Kita sebagai perempuan harus mengambil peran dalam mengantisipasi radikalisme dan terorisme.
Diketahui di provinsi Sulbar ini masih tergolong aman dari radikalisme dan terorisme tapi kita perlu tetap waspada karena sewaktu-waktu bisa saja terjadi hal demikian.
Para terorisme ini sudah faham apa kelemahan seorang perempuan dan anak. Dapat berada dalam 3 posisi pada pusaran terorisme.
1.Kelompok rentan terpapar
2.Sebagai korban
3.Sebagai pelaku
Adapun beberapa faktor perempuan rentan dilibatkan dalam Aksi terorisme.Yaitu
1.Karena faktor budaya patriaski (Membuat perempuan turut terhadap suami dan apa yang dikatakan suami)
2.Faktor ekonomi (Membuat perempuan turut terhadap suami dikarenakan ketergantungan ekonomi)
3.Dan akses informasi (Terkadang perempuan yang berada dalam lingkup yang kecil terkadang tidak mendapatkan informasi yang luas terkait radikalisme sehingga mereka gampang terpengaruh)
4.Faktor sosial (perbedaan pola fikir dan adanya doktrin dari keluarga atau lingkungan sekitar, serta karakteristik perempuan itu mempunyai perasaan lebih sensitif)
Itulah beberapa poin yang terkadang dimanfaatkan oleh pihak-pihak radikalisme yang memanfaatkan perasaan perempuan yang lebih sensitif dan emosional. Ini yang harus kita memanajemen bagaimana perasaan kita jangan sampai dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan mengajak kita ikut serta dalam berfikir radikalisme dan bertindak menjadi seorang terorisme
Lebih lanjut Djamila menyampaikan, Terorisme yang dipicu oleh radikalisme merupakan kejahatan yang sangat luar biasa Yang dapat merusak keamanan umat Manusia di seluruh dunia.
Radikalisme Dan terorisme dapat merusak kedaulatan bagi suatu bangsa yang harus dicegah dan di pangkal sejak dini, salah satu Upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan melibatkan peranan kaum perempuan sebagai agen perdamaian.
Perempuan memiliki peran penting dalam upaya mencegah luasnya radikalisme yang mengarah ke arah terorisme. Peran perempuan dalam terorisme telah mengalami transformasi. Perempuan kini tidak hanya berperan sebagai pendukung tetapi aktor utama dalam terorisme.
“Kita perlu apresiasi Forum Komunikasi Penanggulangan Terorisme Provinsi Sulbar Telah melakukan upaya pencegahan. Melalui forum ini kita dapat
Memberikan pemahaman dan penyegaran terhadap perempuan-perempuan yang sangat istimewa di Provinsi Sulawesi Barat.”
Perempuan merupakan kelompok rentan yang menjadi korban propoganda radikal dan terorisme.
Propaganda dengan mudah di transmisi melalui ruang digital yang berpotensi melahirkan aktor tunggal dalam aksi terorisme.
Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Peran perempuan sebagai ibu sangat strategis dalam mentransmisikan ideologi radikal. Mempersiapkan keluarga agar lebih baik. Perempuan memegang Peran strategi simbol ketahanan keluarga. Mari Kita sama-sama berkolaborasi menguatkan kewaspadaan terhadap radikalisme. Tutupnya.




